Wiro Sableng #57 : Nyawa Yang Terhutang
WIRO SABLENGPendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Karya: Bastian Tito
SUARA BERADUNYA PEDANG terdengar berkepanjangan di lereng bukit Cemoro Sewu padahal hari masih gelap dan udara mencucuk dingin. Binatang hutanpun menyingkir ketakutan. Karena yang terdengar bukan hanya suara beradunya senjata tajam itu namun juga ada bentakan - bentakan serta hentakan-hentakan kaki yang menggetarkan tanah.
Siapa yang pagi-pagi buta telah saling baku hantam seolah-olah tidak ada waktu menyelesaikan urusan di siang hari?
Di antara kerasnya suara pedang beradu tiba-tiba terdengar suara tawa mengekeh. Lalu ada orang yang bicara dalam kegelapan.
"Bagus! Bagus Wilani! Sepuluh jurus kau bisa bertahan, sepuluh jurus kau balas, mendesak!
Bagus! Ilmu pedangmu sudah cukup matang! Yang penting kini adalah berlatih terus!"
"Terima kasih untuk pujian itu kakek guru! Semua itu berkat gemblengan yang kakek guru berikan!"
Ternyata di lereng bukit Cemoro Sewu itu bukan terjadi perkelahian, melainkan seorang murid dan guru tengah berlatih ilmu pedang di gelap buta menjelang dini hari!
Sang guru adalah seorang kakek berambut putih panjang. Dia mengenakan pakaian berbentuk selempang seperti pakaian seorang resi dan berwarna hitam. Gerakan tangannya memutar pedang sebat sekali. Ge
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #57 : Nyawa Yang Terhutang Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
No Comment to " Wiro Sableng #57 : Nyawa Yang Terhutang "